Disiplin: Bakat atau latihan?
Disiplin dalam arti sederhana adalah menggunakan sesuatu, menjalankan sesuatu atau memikirkan sesuatu secara terus menerus sehingga kita akhirnya menjadi terbiasa dengan pola prilaku seperti itu. Misalnya kita mencanangkan akan mengurangi berat badan, maka kita akan terus menerus mengingatkan diri kita untuk membatasi makan, dan mulai makan terbatas dalam jam-jam tertentu. Jika ini secara konsisten kita lakukan maka akan terjadi perubahan pola makan baik dalam bentuk jumlah makanan yang dimakan maupun jadwal makannya. Keberhasilan menurunkan berat badan itu akibat kita disiplin dalam menerapkan aturan main yang kita buat sendiri. Contoh lain adalah mengerjakan tugas dengan segera walaupun deadline masih panjang. Setiap ada pekerjaan baru maka kita akan segera menyelesaikannya tanpa menundanya, atau jika pekerjaan lain sedang banyak maka kita akan mengurutnya berdasarkan skala prioritas. Kebiasaan mengerjakan pekerjaan dengan cepat dan tidak menundanya akan menjadi cara kerja kita yang teratur, sehingga kita bisa dikatakan disiplin dalam mengerjakan tugas.
Anggapan umum mengatakan bahwa disiplin itu adalah bakat atau sifat bawaan seseorang. Ada orang yang memang mempunyai bakat disiplin tapi ada juga yang tidak punya. Jadi hanya orang yang mempunyai bakat disiplin saja yang dapat melakukan pekerjaan tepat waktu atau meraih cita-citanya sesuai dengan keinginannya. Anggapan ini tidak benar sebab disiplin bisa dilatih atau diterapkan kepada siapa saja. Semakin banyak kita berlatih atau menjalankan apa yang sudah kita rencanakan dengan benar maka setiap orang akan bisa mencapai cita-citanya. Disiplin seperti kita mempelajari bahasa Inggris, semakin sering digunakan, maka semakin lancar dan menyatu dengan diri kita.
Disiplin adalah praktek atau dikerjakan terus menerus, jika berkurang atau dihentikan maka ia akan hilang. Artinya jika kita hanya belajar bahasa Inggris dengan membaca saja tanpa pernah mempraktekannya, maka sama saja dengan kita tau teori menurunkan berat badan tapi tidak melaksanakannya. Kata teori kurangi makanan berlemak, manis dan mengandung karbohidrat, olah raga secara teratur, tapi kita tidak menjalankannya. Pola makannya tidak diubah, tetap ngemil keripik atau makanan manis selama nonton TV, tidak berolah raga. Alhasil tidak ada yang berubah dalam diri kita dengan kata lain tidak ada disiplin disini. Yang penting adalah apa yang kita canangkan, kita rencanakan dijalankan sesuai dengan programnya.
Bakat kata suatu sumber, hanya memberikan kontribusi terhadap keberhasilan seseorang sebesar 10 %. Selebihnya yang 90 % adalah kerja keras dan disiplin. seorang pelari sprint 100 m untuk mempercepat waktu tempuhnya 0.1 detik harus berlatih setiap hari 6 jam minimal tanpa mengenal lelah. Misalnya kejuaraan nasional dilakukan 1 tahun sekali, maka selama setahun penuh sebelum mengikuti kejuaraan ia harus terus berlatih meningkatkan kecepatan larinya. Kalau ia tidak melakukannya maka ia akan kalah dengan pelari lain yang berlatih lebih keras dan lebih disiplin dari dirinya.
Saya pernah menderita suatu penyakit sehingga diharuskan menjadi vegetarian, tidak boleh makan yang digoreng, yang manis dan hanya diperbolehkan makan nasi siang hari dengan lauk rebus2an. Protein yang diperbolehkan hanya tahu dan tempe itupun hanya boleh direbus.Bayangkan saya yang hobi makan enak dan hampir tidak pernah melewatkan waktu mencoba berbagai jenis makanan harus merubah pola makan. Berat pada awalnya, tapi dengan tekad mau sembuh dan dibiasakan makan hanya buah-buahan, sayur yang direbus dan hanya tempe tahu, maka hampir selama setahun saya sukses menjalankan hal itu. Alhamdulillah penyakit sembuh, badan menjadi langsing dan terlihat lebih muda, serta pundi-pundi menjadi bertambah. Coba hitung berapa penghematan yang saya lakukan dengan hanya makan buah, sayur rebus, tempe dan tahu.
Jadi tidak ada yang tidak mungkin dan tidak bisa, masalahnya hanya mau tidak menjalankan suatu kebiasaan secara terus menerus dengan konsisten. Prilaku akan membentuk kebiasaan, kebiasaan akan membentuk karakter, jika kita berprilaku sehat, misalnya hanya makan sesuai kebutuhan pada jamnya, maka akan membentuk kebiasaan makan teratur dan membentuk karakter yang hanya makan sesuai dengan kebutuhan bukan keinginan. Disiplin yang mungkin tadinya dilakukan karena harus, dipaksa, terpaksa, disuruh, maka lama kelamaan akan menjadi disiplin diri yang kita jalankan dengan kesadaran diri sendiri
Tulisan asli dari artikel ini dan tulisan menarik lainnya tentang pengembangan pribadi dapat pula diakses melalui link: Disiplin
Kontributor:
Iftida Yasar, SH, M.Si adalah alumni Fakultas Hukum UNPAD dan lulusan Magister Psikologi UI. Beliau adalah seorang entrepreneur dan konsultan SDM yang sangat dikenal dalam bidang hubungan industrial, terutama dalam bidang penempatan tenaga kerja / outsourcing, training baik klasikal / outbound, dan sebagai pengasuh di majalah bertemakan HRM
Selain sebagai Presiden Direktur di Persaels, sebuah perusahaan jasa bidang outsourcing, berbagai jabatan dalam aktivitasnya di bidang human development dipercaya pada beliau, diantaranya: Ketua Komite Tetap Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri pada Kamar Dagang dan Industri, Sebagai Wakil Sekertaris Umum APINDO, dan Penasehat ABADI (Asosiasi Bisnis Alih Daya Indonesia)
Di sela-sela jabatan yang lebih bersifat formal di atas, Beliau juga banyak terlibat dalam berbagai aktivitas sosial yang menyangkut: Women issues, Labour issues, Youth issues, dan kegiatan masyarakat lainnya.
Connect
Connect with us on the following social media platforms.