Impression Management
Kita seringkali peduli dengan image yang kita tampilkan kepada orang lain. Kepedulian akan hal ini menuntun kita untuk berusaha mengontrol apa yang orang lain pikir tentang diri kita. Image yang kita coba tampilkan ini dapat berbeda-beda dari satu situasi ke situasi yang lain tergantung dari tujuannya.
Image yang kita coba tampilkan ini dapat dianalogikan seperti seorang actor yang sedang bermain peran. Layaknya seorang actor, kita akan berusaha untuk dapat menampilkan image tertentu. Kita menggunakan suatu set tingkah laku verbal dan non verbal secara hati-hati untuk dapat mencerminkan image tersebut. Pada akhirnya, bila berhasil, kita dapat memperoleh keuntungan-keuntungan sebagai konsekuensi dari image tersebut seperti, status, kemajuan karir, uang dan sebagainya.
Sebagian orang mungkin berpikir bahwa pengelolaan image seperti ini sebagai sesuatu yang manipulatif. Pengelolaan image dianggap sebagai sebuah strategi yang bertentangan dengan apa yang disebut “Be Yourself”. Hal ini tidak sejalan dengan kejujuran tentang siapa diri kita sesungguhnya, tentang perasaan dan keyakinan yang sebenarnya.
Namun demikian, anggapan seperti ini sebetulnya keliru. Aspek-aspek dari kepribadian yang menjadi identitas kita amatlah luas. Beliefs, values, competencies, dan traits adalah beberapa kategori yang dapat menunjukkan siapa diri kita apa adanya. Dalam interaksi sosial, orang lain perlu banyak waktu dan usaha untuk mengetahui semua itu dari diri kita. Tidak jarang orang lain jadi salah menilai tentang diri kita akibat keterbatasan yang ada. Belum lagi pengaruh-pengaruh internal yang sedang mengganggu diri kita sehingga kita tidak dapat perform sebagaimana mestinya.
Oleh karena itu kita perlu memilih aspek-aspek apa saja dari diri kita untuk ditampilkan dari satu situasi ke situasi yang lain sesuai dengan tujuannya. Aspek-aspek yang kita pilih ini tentu saja merupakan identitas kita yang sesungguhnya. Misalnya, bila kita adalah seorang mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi, kita akan menampilkan sikap dan perilaku yang sesuai ketika berhadapan dengan dosen pembimbing skripsi sehingga ia percaya bahwa kita memang sedang mengerjakan skripsi.
The Goals of Self Presentation
Bagaimana seseorang mempresentasikan dirinya tergantung dari apa yang menjadi tujuannya. Masing-masing tujuan dapat menuntut atribut/tingkah lakunya sendiri-sendiri. Setidaknya ada 5 tujuan atau strategi bagi seseorang dalam mempresentasikan dirinya, yaitu :
- Intimidasi
bertujuan untuk menimbulkan rasa takut pada orang tertentu dengan cara mengesankan diri sebagai orang yang berbahaya.
- Mengambil Hati (Ingratiation)
bertujuan untuk mempengaruhi orang tertentu agar tertarik kepada kualitas personal yang kita miliki sehinggga kita disukai.
- Self Promotion
bertujuan untuk dinilai kompeten dalam kualitas-kualitas yang kita miliki misalnya dalam hal kecerdasan (general qualities) atau bernyanyi (specific skills).
- Pemberian Contoh (Exemplification)
bertujuan untuk dapat dipersepsi sebagai orang yang punya integritas dan bermoral tinggi yang seringkali pada akhirnya menimbulkan rasa bersalah pada orang yang diberi contoh.
- Memohon belas kasihan (Supplication)
Kita menampilkan kelemahan dan ketergantungan pada orang lain sehingga mendapat simpati.
Dari kelima tujuan/strategi di atas, yang paling sering terjadi adalah untuk tujuan pertama, yaitu mengambil hati. Seseorang dapat mencapai tujuan ini lewat berbagai cara. Salah satu diantaranya adalah dengan menyesuaikan pendapat dan tingkah laku kita dengan orang yang bersangkutan. Kita cenderung akan menyukai orang yang beliefs, sikap, dan tingkah lakunya serupa dengan kita. Namun demikian, hal ini tidak akan efektif apabila yang bersangkutan merasa sedang dijilat. Karena itu sebaiknya, dalam menggunakan strategi ini, kita mengambil posisi pasif. Maksudnya, kita hanya merespons komentar dan tindakan dari yang bersangkutan. Tidak mengambil inisiatif dan tindakan lebih dulu. Kita dapat bersikap bersahabat, menjadi pendengar yang baik dan menunjukkan keinginan untuk mencari persamaan selama dalam perbincangan.
Selain menggunakan prinsip kesamaan dalam beliefs, sikap dan tingkah laku, ada beberapa prinsip lain yang juga dapat membuat seseorang menjadi tertarik kepada kita yaitu,
- Kedekatan tempat tinggal (proximity)
Kita cenderung untuk lebih menyukai orang yang bertempat tinggal dekat dengan kita. Contoh, kita akan lebih cepat akrab dengan teman-teman yang tinggal satu kos daripada teman yang jauh. Kedekatan tempat tinggal membuat kita jadi mudah berinteraksi dan sering bertemu. Sulit bagi kita untuk dapat menyukai seseorang bila kita tidak pernah bertemu dengannya. Kalau menurut pepatah Jawa, “witing tresno jalaran sukokulino”
- Kebutuhan antar individu yang saling komplimen (complementarity of need systems)
Menurut prinsip complementarity, orang akan memilih suatu hubungan yang di dalamnya kebutuhan dasar mereka saling terpenuhi. Kadang-kadang 2 orang yang saling berbeda kebutuhan dapat tertarik satu sama lain. Misalnya, orang yang dominant akan cocok dengan orang yang submissive.
- Penampilan fisik yang menarik
Penampilan fisik adalah yang pertama kali kita perhatikan dan nilai tentang seseorang. Namun ukuran yang digunakan antar satu orang dengan yang lain dapat berbeda-beda.
- Sikap dan tingkah laku yang menyenangkan (pleasant/agreeable characteristics)
Kita menyukai orang yang sikapnya menyenangkan dan melakukan hal-hal baik kepada kita.
- Pengutaraan secara tulus tentang hal-hal yang kita sukai pada yang bersangkutan (reciprocal liking)
Kita akan menyukai orang yang mengutarakan penilaian positif tentang diri kita.
Berdasarkan prinsip-prinsip di atas, maka sewaktu pertama kali berkenalan dengan orang lain, kita dapat mencoba untuk,
- Menanyakan tempat tinggal/kantornya dan memberitahu bila kita/famili bertempat tinggal/beraktivitas dekat dengannya.
- Menanyakan aktivitas/kegiatannya pada saat ini dan terlibat dalam perbincangan yang menjadi minat orang tersebut serta menyatakan persetujuan atas pendapatnya yang tentunya juga sesuai dengan pendapat kita.
- Menceritakan pengetahuan/pengalaman yang menjawab pertanyaan atau kebutuhannya.
- Berpenampilan rapi atau minta maaf bila tidak sedang berpenampilan rapi.
- Bersikap ramah dan humoris sehingga suasana menjadi segar.
- Memuji sesuatu pada diri orang tersebut secara tulus namun menghindari pujian yang dapat membuat orang tersebut merasa harus memuji balik, sementara dia tidak berpendapat begitu.
Misalnya :
- Mengatakan kalau jam tangan yang dia kenakan terlihat pantas pada dirinya sehingga membuat penampilannya jadi terlihat lebih baik dimana pada saat yang sama kita tidak sedang mengenakan jam tangan. (OK!)
- Mengatakan kalau dia cantik sementara kita tahu kalau dia tidak merasa kita cukup tampan baginya. (NOT OK!)
Connect
Connect with us on the following social media platforms.