Pendidikan masyarakat di TV Jepang

Pendidikan masyarakat di Televisi JepangSaya lupa jadwal tayangnya, tapi di sebuah channel TV di Jepang ada sebuah acara tentang pendidikan untuk orang dewasa, judulnya kalau tidak salah, 大人の学習 (otona no gakusyuu), yang artinya pendidikan untuk orang dewasa. Inti acaranya adalah kunjungan ke pabrik-pabrik untuk belajar pembuatan komoditi tertentu. Yang pernah saya saksikan beberapa waktu yang lalu adalah kunjungan ke pabrik Citizen, dan pabrik teh botol “Itoen” yang terkenal itu.

Saya tidak ingin menceritakan isi kunjungannya tetapi ingin berbagi pendapat bagaimana seharusnya siaran TV harus direformasi agar tidak sekedar berisi sinetron atau acara hiburan yang minim nilai pendidikannya. Merombak acara TV yang terlalu padat hiburan memang bukan pekerjaan yang mudah dan sekaligus mungkin akan ditinggalkan oleh para pengiklan. Tapi orang-orang TV harus menjadi promotor perbaikan nasib bangsa. Sudah 63 tahun merdeka, mestinya ada kesadaran mencerdaskan bangsa dengan menyajikan tampilan yang bernilai mendidik.

Angka partisipasi pendidikan tinggi di Jepang mencapai lebih dari 90% berkat dorongan yang kuat dari pemerintah dengan memberikan kemudahan dan fasilitas pendidikan yang layak bagi warganya. Ini pula yang menyebabkan segala aspek pembangunannya maju. Petani-petani di Jepang kebanyakan adalah lulusan minimal SMA Pertanian, yang sebagian besar mempersiapkan generasi keturunannya agar dapat mengelola dan melanjutkan kegiatan bertani yang semakin modern, dengan cara mengirim anak-anak mereka untuk menempuh pendidikan di jenjang PT.

Dengan tingkat pendidikan yang tinggi, maka acara di TV swasta sekalipun, selalu berisikan program-program yang sarat nilai pendidikan, di samping tidak melupakan unsur hiburan. NHK sebagai TVRI-nya Jepang adalah garda terdepan dalam penyajian acara-acara pendidikan. Dari pagi hingga pagi lagi semua acaranya adalah materi yang mendidik, termasuk drama dan filmnya.

Sebagai contoh, orang Jepang sangat gemar bertamasya ke luar negeri. Kegiatan bertamasya tersebut bukan untuk belanja atau sekedar melepaskan stress menumpuk karena bekerja, tetapi banyak di antara mereka berpetualang untuk mengenal suku, budaya, makanan, kebiasaan penduduk dunia. Untuk mengantisipasi ini, di beberapa channel TV swasta terdapat program kunjungan selama 1-2 pekan artis terkenal ke belahan bumi yang barangkali belum dikenal oleh masyarakat Jepang, atau tinggal di rumah sungai penduduk di aliran Sungai Mekhong, atau di tenda-tenda orang Mongolia yang membentang sepanjang padang rumput di Asia Timur.

Sebuah acara yang dikelola oleh 5 orang penyanyi muda grup terkenal di Jepang juga menghadirkan hal-hal yang berbau ilmiah dalam setiap episodenya. Misalnya, beberapa waktu yang lalu mereka mempertunjukkan buah-buah aneh dari belahan dunia, atau masakan unik dari seantero Jepang. Acara yang lain berupa kuis yang diikuti oleh artis-artis terkenal menguji tentang kemampuan membaca kanji, pemahaman tentang sejarah ataupun tentang kemampuan Bahasa Inggris, sekalipun sangat menggelikan karena rata-rata orang Jepang tidak memahami dengan baik bahasa ini.

Selain acara entertaintment, tentu saja ada kegiatan yang benar-benar serius belajar, misalnya kunjungan artis ke perusahaan-perusahaan seperti acara 大人の学習、大人の見学.

Pagi ini ada sebuah film dokumenter pendek dengan pengambilan gambar yang sangat menawan tentang kehidupan seorang petani dan anaknya. Digambarkan bagaimana mereka mengelola sawah yang begitu luas hanya berdua, dan tidak hanya itu, yang mengharukan adalah percakapan sang bapak kepada anaknya tentang masa depan sawah. Dia mengharapkan anaknya bertahan mengurusi padi-padi yang demikian subur dan tidak putus asa sekalipun gagal. Ya, banyak pemuda Jepang yang lebih menyenangi pekerjaan di Tokyo dan kota-kota besar lainnya daripada berdekam di desa untuk menjadi petani. Tapi si ayah dan anak punya cara untuk membuat pekerjaan itu menyenangkan, mereka mengundang anak-anak SD untuk datang ke sawahnya, mengenal makhluk-makhluk di sawah, cara bercocok tanam dan menikmati kelezatan beras panenan berupa onigiri (penganan nasi berbentuk segitiga-seperti lemper atau arem-arem di Indonesia).

Film-film dokumenter yang disponsori oleh SONY Corp. pernah menampilkan keindahan alam Irian Jaya. Keelokan burung cenderawasih, kebiasaaan makan ulat orang-orang Asmat, dan keahliannya mengolah sagu. Suatu kali juga ditampilkan pemandangan gunung Jayawijaya yang sungguh elok. Saya sampai terharu menyaksikan keindahan negeri sendiri dari gubahan bangsa lain. Film-film ini tidak saja penyajian gambarnya yang sangat menawan tapi musik pengiringnya pun tertata dengan apik dan sangat menyentuh.

Sebuah film dokumenter tentang keperkasaan dan kearifan seorang penangkap ikan yang tinggal di daerah Satoyama, bernama Pak Sanggoro pun pernah membuat saya menghabiskan waktu berjam-jam untuk menyaksikannya dan karena saking memikatnya penggambaran warga Satoyama dalam menjaga kebersihan sungai-sungainya, saya menyimpan rekaman itu dalam iPod.

Beberapa waktu lalu, saya juga belajar tentang ubur-ubur yang bisa mencapai 20 meter tingginya/panjangnya dan beratnya bisa mencapai 200 kilo. Sekaligus terpesona dengan eksperimen yang ditunjukkan oleh seorang peneliti senior di sebuah universitas untuk membuktikan terdiri dari materi apakah tubuh ubur-ubur. Professor memasukkan sebuah ubur-ubur dengan berat kira-kira 2 kilo ke dalam microwave, dan sesudahnya tubuh ubur-ubur mengkerut sebesar 85%. Ya, ubur-ubur pada hakikatnya adalah makhluk yang terbuat dari air. Ketika dicobakan kembali dengan eksperimen yang lain, yaitu membekukannya dengan suhu -60, ubur-ubur ternyata membeku tetapi tidak mati. Dia hanya mengalami dormansi untuk bertahan hidup di suhu dingin, sebagai bentuk survive di kedalaman laut.

Kegiatan mengundang professor terkenal dalam bidang sains tertentu bukan hal yang langka di Jepang. Banyak acara TV yang menghadirkan mereka sebagai penyiar ilmu. Dan tidak ada sama sekali tergambar rasa keengganan atau terganggu dengan kunjungan kru TV ke laboratorium-laboratorium mereka. Sayang sekali di Indonesia, peneliti-peneliti di Universitas atau lembaga peneliti milik negara masih menjadi menara gading dengan penelitiannya. Atau mungkin juga karena mereka belum diajak oleh para pengelola perTV-an.

Well, saya menjadi berilmu dengan tontonan seperti itu dan berharap produser, insan TV di Indonesia pun mempunyai keikhlasan menyajikan hal yang baik kepada bangsa yang seharusnya sudah sangat maju tetapi belum juga.

Artikel ini dan tulisan lain tentang dunia pendidikan di Jepang dapt di akses di: Pendidikan masyarakat di TV Jepang

Kontributor

Murni RamliMurni Ramli. Lulusan Institut Pertanian Bogor ini pernah berprofesi sebagai tenaga pendidik di dua sekolah berasrama (boarding school) di Bogor. Dalam kesibukannya saat ini sebagai Kandidat Doctor (PhD) di bidang Manajemen Sekolah di Graduate School of Education and Human Development, Nagoya University, Japan, Beliau sangat aktif menulis tentang informasi dan pandangannya seputar manajemen & dunia pendidikan serta berbagai informasi menarik tentang negeri, budaya dan pandangan orang-orang Jepang. Pemilik blog “Berguru” ini juga sangat menyenangi dunia Penelitian dan Pengembangan serta mempelajari berbagai bahasa sehingga bisa menguasainya engan cukup baik, di antaranya: Bahasa Inggris, Jepang, Arab, Jawa, Bugis dan sedikit Bahasa Sunda.

.

Share and Enjoy: These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • MisterWong
  • Y!GG
  • Webnews
  • Digg
  • del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • blogmarks
  • Blogosphere News
  • Facebook
  • LinkedIn
  • Squidoo
  • Technorati
  • YahooMyWeb
  • Socialogs
  • email
Posted in: Education, Featured
blank

About the Author:

1 Comment on "Pendidikan masyarakat di TV Jepang"

Trackback | Comments RSS Feed

Post a Comment