Konsep WTS dalam menggali potensi bawahan
Potensi atau kemampuan adalah energi yang tersimpan dalam diri manusia yang berupa tenaga atau kekuatan, ketrampilan, keahlian dan kepandaian. Menurut Antonio Coritov (peneliti dari rusia) bahwa dalam diri manusia masih banyak potensi yang belum digunakan. Apabila seseorang bekerja normal, maka potensi yang di gunakan baru 40%. Jika bekerja dengan malas, potensi yang digunakan baru 10%. Apabila orang bekerja dalam keadaan kecewa, potensi yang digunakan mendekati nol. Bahkan kalau kekecewaan itu berlanjut dan berubah menjadi frustasi maka potensi menjadi minus. Bukan saja potensi ini digunakan untuk bekerja dengan baik, tetapi justru berubah menjadi kegiatan yang merugikan.
Potensi dan kemampuan seseorang akan bertambah seiring dengan perjalanan waktu dan pengalaman. Namun Percepatan bertambahnya potensi antara orang yang satu dan yang lainnya bisa berbeda tergantung dari 1) Adanya perbedaan minat dan bakat. 2) Perbedaan daya tangkap. 3) Tingkat kesungguhan dalam proses pembelajaran. 4) Tingkat kepuasan terhadap bidang yang digeluti. Salah satu tugas seorang atasan adalah mengenali potensi bawahan sehingga bisa menempatkan sesuai potensi yang dipunyai dan bisa membuat program untuk menggali potensi bawahannya. Sehingga salah satu indikator keberhasilan seorang pemimpin atau manajer adalah keberhasilan dalam menggali dan memacu potensi bawahan.
Menggali potensi bawahan merupakan salah satu faktor penting yang harus dilakukan karena bawahan adalah sebagai pelaksana strategi dari program kerja atasan dan harus mempunyai kemampuan yang memadai. Berbagai cara dapat dilakukan untuk menggali potensi bawahan. Soejitno IRMIM memperkenalkan salah satu metode menggali potensi dan kemampuan karyawan dengan istilah peran WTS. Dalam konsep ini karyawan atau pegawai baik laki-laki atau perempuan harus berperan sebagai WTS. Apa itu WTS? WTS singkatan dari worker (pekerja), teacher (guru) dan student (pelajar). Jadi setiap karyawan dalam konsep ini harus berperan sebagai pekerja, sebagai guru dan sebagai pelajar.
Sebagai worker atau pekerja, seorang karyawan harus melaksanakan tugas sebaik-baiknya, penuh semangat dan memberikan hasil sesuai yang diharapkan. Dalam hal ini tugas dan tanggung jawab jangan dianggap sebagai beban tetapi sebagai kepercayaan dan suatu kebutuhan. Selain itu tugas dilaksanakan dengan bersungguh-sungguh, semangat yang tinggi dengan memaksimalkan potensi yang ada. Dengan melaksanakan peran sebagai pekerja yang melaksanakan tugas dengan baik maka akan menambah kemapuan dan potensi.
Konsep peran sebagai teacher atau guru, karyawan selain melaksanakan tugas juga wajib mentransfer ilmu, pengalaman dan keahliannya kepada orang lain baik kepada bawahannya, teman selevel dan juga atasannya. Kadang-kadang dalam kenyataannya orang enggan menularkan ilmunya kepada orang lain khawatir orang lain menjadi lebih pintar dan karirnya menjadi lebih baik. Kalau yang pelit menularkan ilmu ini adalah atasan maka akan sangat membahayakan kelangsungan organisasi.
Bagi atasan, menularkan ilmu kepada bawahan menjadi kewajiban. Proses menjadi guru kepada bawahan merupakan hal yang semestinya sebab dengan demikian bawahan akan mempunyai skill da kemampuan untuk menyelesaikan tugas secara efektif dan efisien. Pelaksanaan peran sebagai guru dari atasan ini dapat dilaksanakan pada saat rapat, dengan pelatihan dan bisa juga pada saat melakukan pekerjaan.
Peran sebagai guru ini juga bisa dilaksanakan kepada teman selevel dan bahkan atasannya. Tetapi tentu saja pelaksanaannya relative lebih sulit karena ada kendala psikologis sehingga cenderung menolak. Bagi teman selevel, orang akan merasa dipinteri oleh temannya sendiri karena seringnya orang tidak mau menerima kelebihan orang lain apalagi teman sendiri. Apalagi bagi seorang atasan yang belajar dari bawahannya. Walaupun bagi orang yang sadar seharusnya dalam menuntut ilmu tidak melihat dari mana dan dari siapa ilmu itu diperoleh.
Konsep peran sebagai student atau pelajar ini prinsipnya adalah sebagai karyawan kapan saja dan dimana saja kita wajib untuk selalu belajar baik kepada atasan, teman selevel atau bawahan. Sudah sewajarnya kalau bawahan itu belajar dari atasannya. Dan sudah menjadi kensekuensi seorang atasan untuk memberikan ilmunya kepada bawahannya. Untuk proses belajar kepada teman selevel perlu di jauhkan rasa gengsi dan malu untuk belajar kepada teman. Atasan yang bijak tidak menganggap dirinya selalu lebih baik dan lebih pintar dari bawahannya.Atasan yang ingin maju tidak gengsi walaupun harus belajar pada bawahannya.
Konsep peran WTS ini jika diterapkan dalam dunia kerja akan memberikan daya ungkit dalam menggali potensi seluruh pelaku dalam organisasi tersebut. Bisa kita bayangkan apabila seluruh karyawan baik atasan atau bawahan melaksanakan konsep WTS secara alami. Artinya dengan sadar dan kemauan tinggi dan menjadi budaya seluruh karyawan melaksanakan konsep peran WTS. Menjadi pekerja yang baik dengan melaksakan tugas dengan sebaik-baiknya, menjadi guru dengan menularkan ilmu kepada orang lain, dan menjadi pelajar dengan belajar kepada siapapun. Apabila peran WTS ini berjalan secara alami maka kemampuan dan potensi seluruh komponen di dalam organisasi akan meningkat bersama-sama. Yang artinya secara tidak langsung maka organisasi juga akan meningkat kemampuannya dan siap dalam tingkat persaingan yang lebih tinggi.
Kontributor:
Siti Salimah, S.Si,Apt . Lulusan Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada ini adalah seorang konsultan manajemen dan tenaga proffesional yang mengabdikan keahliannya di sebuah rumah sakit swasta di Yogyakarta sebagai Apoteker, Melengkapi karir sebagai Apoteker, Titi juga sangat tertarik mempelajari ilmu manajemen khususnya untuk aplikasinya di area rumah sakit dengan dengan mengambil study S2 di Magister Manajemen Rumah Sakit di fakultas Kedokteran UGM
Tak hanya berbekal teori, dia melengkapi skills-nya sebagai konsultan manajemen dengan memiliki sertifikasi di bidang ini sebagai Certified Management System Auditor dari The International Register of Certificated Auditors (IRCA)
Connect
Connect with us on the following social media platforms.