Menghargai Pelamar Kerja
Semalam tiba – tiba berpikir mengenai kegiatan sehari-hari dan membaca artikel tentang jutaan angka pengangguran di negeri tercinta kita.
Ketika kita membutuhkan orang terbaik untuk bergabung dengan perusahaan kita, apakah kita juga telah memperlakukan mereka dengan baik, sesuai dengan harapan kita untuk mendapatkan yang terbaik.
Mengapa kita memerlukan yang terbaik dari mereka?
Lantas, apakah kita memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelamar kerja sebagai representasi perusahaan/organisasi yang kita wakili ádalah organisasi yang layak?
Bukankah bila kita menginginkan yang terbaik, seyogyanya kita memberikan yang terbaik pula?
- Bagi pelamar yang menggunakan email sebagai sarana penyampaian aplikasi, bagai pelamar yakin bahwa aplikasinya telah sampai pada orang yang tepat? Atau kita biarkan saja mereka bertanya-tanya. Sudahkah kita men – set email tujuan aplikasi dengan auto responder yang mengatakan aplikasi telah diterima?
- Ketika proses sortasi telah selesai dan interview pertama telah dilaksanakan, sudahkah kita memberitahukan kepada yang gagal secara santun, sebagai representasi kita membutuhkan yang sesuai dengan kualifikasi perusahaan yang kita wakili? Atau kita membiarkan yang gagal di sesi interview menunggu-nunggu bak Menunggu Godot?
- Berapa lama anda memproses aplikasi lamaran mereka?
- Bila mereka menyampaikan aplikasi lamaran melalui pos, dan gagal setelah proses interview, apakah kita sudah berterimakasih atas waktu mereka dan mengucapkan maaf karena belum dapat bekerjasama dengan mereka?
- Ketika pelamar telah kita panggil, untuk proses interview, berapa lama kita membiarkan mereka menunggu bengong di ruang tunggu?
- Bila kita mengharapkan mereka datang tepat waktu, apakah kita sudah tepat waktu pula?
Email Responder
Oke kita tidak usah membicarakan ribuan aplikasi (melalui email) sebelum proses interview, walaupun sebetulnya kita bisa men set dengan mengirimkan ‘Sorry Message” kepada yang belum beruntung.
- Betapa seringnya kita membiarkan pelamar kerja yang telah kita campakkan menunggu-nunggu. Bukankah dengan memberi citra yang baik kita menjadi layak mendapatkan yang terbaik?
- Bila kita tidak merepresentasikan yang baik, apakah kita masih layak mendapatkan yang terbaik?
Hanya dengan sedikit meluangkan waktu, memberitahukan kepada yang belum beruntung sebuah “Sorry Message”, akan memberikan sebuah citra bahwa kita layak mendapatkan yang terbaik.
Timing
- Apakah kita senang dengan menciptakan rentang waktu yang cukup lama dalam proses rekruitmen?
- Apakah kita “terlalu sibuk” sehingga kita membutuhkan waktu yang amat lama untuk menemukan yang terbaik bagi organisasi/perusahaan yang kita wakili?
- Apakah kita menikmati para pelamar kerja menunggu-nunggu jawaban dari kita, sehingga kita merasa dipentingkan?
- Apakah kita sering membiarkan para pelamar menunggu di ruang tunggu dengan bengong sampai kita ‘sempat’ menginterview mereka?
- Apakah sering kita tidak tepat waktu dalam proses interview ,padahal kita sendiri yang menentukan jam temu wicaranya
Saya yakin dengan memberikan pelayanan yang baik, kita mampu mencitrakan organisasi /perusahaan kita menjadi sebuah tempat yang layak mendapatkan yang terbaik
Mari kita budayakan , menghargai pelamar kerja, sehingga kita layak mendapatkan yang terbaik, karena kita layak mendapatkan yang terbaik.
Kontributor
Ayok B Witoyo Ak. MBA, M.Si, Lulusan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Jakarta, Pasca Sarjana Master of Business Administration dari University of South Australia, dan Master of Science di bidang ilmu keuangan dari de LaSalle University Manila, Phillipines, serta Master Black Belt Six Sigma dari universitas yang sama.
Berbagai pengalaman bekerja di berbagai sektor telah dilaluinya, baik sektor informal marginal sebagai penjual nasi kuning keliling dan tukang nasi goreng pinggir jalan (sebagaimana diakuinya), dan di sektor formal untuk bidang keuangan, marketing, dan pengembangan SDM.
Institusi tempat beliau pernah bekerja diantaranya British Council, Informatics Holding Singapore, Ernst & Young, dan director PT. Bali Timeshare Indonesia. Saat ini beliau aktif sebagai trainer dan menjabat sebagai Director sebuah konsultan manajemen yang berpusat di Jakarta
Connect
Connect with us on the following social media platforms.