Muharam dan Kolam
Tahun 1995, sekelompok mahasiswa UGM membagikan nasi kotak kepada mahasiswa dan masyarakat. Untuk ukuran menu yang lumayan mewah, peminat nasi kotak hanya perlu membayar Rp 500 plus ucapan terima kasih. Wartawan yang meliput menanyakan tujuan kegiatan ini. “Kegiatan menjual nasi kotak dengan harga ‘Rp 500 + Ucapan terima kasih’
ini dimaksudkan untuk membangkitkan kembali budaya dan keringanan lisan masyarakat kita untuk mengucapkan terima kasih, kami melihat masyarakat semakin kikir dalam mengucapkan terima kasih,” jelas Ketua Penyelenggara.
Di Amerika, ratusan orang harus membayar mahal untuk mengikuti sebuah kursus mengatakan ‘That Great’. Kursus sederhana ini melatih para eksekutif untuk mampu sesering mungkin merespon usulan,pendapat, pernyataan lawan bicara, atau hasil kerja orang lain dengan respon : ‘That Great…’, ‘Very Good..’, atau mengungkapkan kekaguman dengan kalimat ‘ I don’t believe it’.
Senin, 1 Muharam 1430 H. Byurr…suara sesuatu yang masuk ke dalam air terdengar sangat jelas. Spontan orang-orang mengalihkan pandangan ke arah kolam ikan yang berada di tengah-tengah saung yang mengelilinginya. Semua terkejut dan menahan napas, ada juga yang berteriak. Seorang anak perempuan kecil nampak jelas mengapung terlentang di dalam kolam yang jernih itu. Tanpa daya.
Seorang bapak yang sedang menggendong anaknya segera bertindak. Dengan cepat diletakkan anaknya di lantai saung yang terbuat dari kayu,dan dengan cepat menceburkan diri ke dalam kolam ikan sedalam lutut orang dewasa itu. Anak perempuan kecil itu diangkatnya ke pinggir kolam. Tak lama kemudian terlihat si anakmemuntahkan air dan menangis. Selamat.
Tidak terlihat dari arah mana datangnya, Ibu dan Ayah anak perempuan kecil tersebut sudah berada di pinggir kolam. Dengan cepat ia tarik anaknya dari pegangan bapak penolong. Ia angkat dan peluk anak perempuannya sambil memarahi pengelola rumah makan yang tidak memagari kolam ikan di tengah taman itu. Bapak penolong itu pun segera kembali ke saungnya, meneruskan makannya yang tadi tidak jadi dimulai.
Cerita anak kecil tercebur ke kolam ikan tepat pada 1 Muharam 1430 H adalah kejadian sesungguhnya. Ceritanya belum selesai.
Rupanya Bapak penolong itu tidak bisa menghabiskan pesanan makanannya dengan nikmat. Bukan karena celananya yang basah sampai lutut. Ia nampak santai saja dengan kondisi celananya yang basah. Celoteh sang istri dengan ritmenya yang tinggi dan pilihan kata-kata yang pedas membuat makanan sulit melalui tenggorokannya. “Ngapa-in sih papa pake nolongin segala…kan ada orang tuanya, liat tuh celana papa jadi basah gitu…papa sok pahlawan sih !”
Nampaknya ini emang bukan hari baik buat sang Bapak penolong. Celana panjangnya basah karena mencebur ke kolam, tapi ia tidak sempat mendengar ucapan terima kasih dari orang tua si anak perempuan. Mungkin itu tidak terlalu masalah, tapi omelan istri di meja makan pas pada puncak jam makan siang – membuat suasana liburan bersama anak-anaknya ini menjadi kacau,semua makanan menjadi terasa tanpa garam. Bukan pujian dari istri karena telah melakukan perbuatan baik yang ia diterima, tapi omelan – yang lebih pedas dari sambal dadak khas rumah makan ini – yang harus didengarnya. Bapak Penolong diam saja mendengar omelan itu, mungkin ia adalah member tetap ISTI.
Hikmah. Tuhan memang memiliki kekuasaan yang Maha Luas. Termasuk dalam memberikan hikmah kepada hamba-NYA dengan cara-cara yang IA tentukan. Pertanyaan yang muncul mulai malam 1 Muharam tentang apa hikmah Muharam tahun ini terjawab sudah dengan potongan kejadian kecil itu.
Dua pelajaran penting tentang terima kasih dan menghargai hasil kerja orang lain. Hal mendasar yang sering kita dengar urgensinya tapi sering kita lupakan saat praktek kita berinteraksi.
Nampaknya sindiran ala mahasiswa UGM dan kursus ‘That Great !’ yang dilakukan di USA beberapa tahun lalu makin kontekstual dengan kondisi kekinian, saat dimana interaksi kita semakin jarang mengucapkan terima kasih dan sense kita menghargai kebaikan orang lain semakin menipis.
Selamat Tahun Baru. Selamat Hijrah.
Tulisan asli dari artikel ini dan berbagai tulisan menarik lainnya mengenai refleksi social, dapat juga diakses dari: Muharam dan Kolam
Kontributor:
Prasabri Pesti. Lulus dari STTTelkom Bandung pada tahun 1998 dan saat ini tengah menyelesaikan study lanjutnya di Program Pasca Sarjana MM-UGM. Dalam usia yang relatif muda, beliau termasuk salah satu pejabat PT. Telkom yang sukses menapaki karirnya, Setelah serangkaian rotasi jabatan di Kandatel Telkom di kota-kota Jawa Tengah, saat ini beliau dipercaya menempati pos sebagai General Manager PT Telkom Bogor. Di sela berbagai aktifitasnya sebagai seorang proffesional yang super sibuk, beliau masih menyempatkan diri untuk terus belajar dan menulis berbagai artikel inspiratif melalui blognya. Selain hal tersebut, kepedulian dan perhatiannya pada pengembangan sumber daya manusia diwujudkannya melalui aktifitas-aktifitas sosial, yang salah satunya adalah sebagai penggagas berdiri dan pengasuh komunitas blogger di kota hujan Bogor.
Connect
Connect with us on the following social media platforms.