ORGANISASI PEMBELAJARAN VS KRISIS MONETER GLOBAL

Tamparan krisis moneter global yang dimulai di Amerika Serikat (AS) terhadap perekonomian di tiap negara sepertinya tidak mudah dihindari. Hal ini dicirikan adanya kekacauan atau krisis bursa saham, harga saham bertumbangan, investor sangat panik, nilai tukar uang mata asing semakin turun, dan transaksi perdagangan internasional dan domestik cenderung tersendat-sendat bahkan nyaris terhenti. Ada kecenderungan kondisi seperti ini juga terjadi di Indonesia. Lalu sejauh mana upaya pelaku bisnis mampu mengatasi atau meminimumkan pengaruh krisis moneter global ini pada perusahaannya?

Penanganan krisis moneter tidak mungkin dilakukan individu per individu pelaku bisnis. Turbulensi moneter yang terjadi tak mungkin bisa dikendalikan secara individual. Nah, disinilah setiap perusahaan baik berskala raksasa atau multinasional sampai berskala menengah dan kecil akan diuji ketahanan bisnisnya. Seberapa jauh, misalnya, setiap perusahaan sudah memiliki rencana strategis bisnisnya termasuk strategi SDMnya. Seberapa jauh tiap individu manajemen khususnya manajemen puncak sudah melakukan eksperimen dalam menghadapi resiko terjadi guncangan-guncangan moneter dan ekonomi eksternal. Seberapa jauh peran crisis center dalam memperkecil resiko adanya turbulensi tersebut? Seberapa jauh model interdependensi antarbisnis masih mampu menjaga keselarasan kerjasamanya?

Tantangan    yang    dihadapi perusahaan saat kini adalah membuat kemajuan yang dibutuhkan tiap individu dan kelompok untuk belajar tentang beragam dimensi pengetahuan, sikap, keterampilan dan teknik baru, dan menempatkan dalam proses yang terkait dengan dorongan kerja dalam program suatu keberlanjutan pengembangan kemampuan berbisnis. Termasuk bagaimana belajar menyusun suatu program bisnis yang futuristik. Dengan kata lain perusahaan khususnya berskala besar harus  mampu melakukan simulasi dari beragam skenario adanya turbulensi moneter dan ekonomi eksternal; sekaligus skenario cara-cara mengatasinya.

Pada tataran mikro sumberdaya manusia diperlukan proses pembelajaran berkesinambungan. Belajar seharusnya diintegrasikan kedalam suatu pekerjaan, sebagai bagian dan paket kerja harian. Itu juga harus didorong, distimulasi dan dibuat menyenangkan. Belajar tidak harus selalu dalam bentuk pendidikan dan pelatihan terstruktur. Menciptakan budaya belajar di kalangan karyawan dan manajemen   menjadi sangat strategis. Budaya belajar juga mengandung makna bahwa setiap individu manajemen dan non-manajemen harus selalu memiliki daya tanggap dan kepekaan tinggi terhadap setiap fenomena perekonomian yang ada. Kalau itu dilakukan  itulah namanya perusahaan sebagai organisasi pembelajaran. Suatu perusahaan yang tidak harus kelimpungan dan  panik berlebihan menghadapi setiap guncangan eksternal yang ada; seperti krisis moneter global sekarang ini.

Tulisan ini dan tulisan beliau yang lain dapat dilihat di: Rona Wajah

Kontributor:

Prof. Dr. Ir. H. Sjafri Mangkuprawira seorang blogger yang produktif, beliau adalah Guru Besar di Institut Pertanian Bogor yang mengasuh berbagai mata kuliah di tingkat S1 sampai S3 untuk mata kuliah, di antaranya: MSDM Strategik, Ekonomi Sumberdaya Manusia, Teori Organisasi Lanjutan, Perencanaan SDM, Manajemen Kinerja, Manajemen Pelatihan, Manajemen Program Komunikasi. MSDM Internasional, Manajemen Pemberdayaan Masyarakat dan Lingkungan,

Beliau adalah salah seorang pemrakarsa berdirinya Program Doctor bidang Bisnis dan dan saat ini masih aktif berbagi ilmu di Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis Institut Pertanian Bogor (MB-IPB).

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang diri dan pemikiran-pemikiran beliau, silakan kunjungi Blog beliau di Rona Wajah

Share and Enjoy: These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • MisterWong
  • Y!GG
  • Webnews
  • Digg
  • del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • blogmarks
  • Blogosphere News
  • Facebook
  • LinkedIn
  • Squidoo
  • Technorati
  • YahooMyWeb
  • Socialogs
  • email
Posted in: Editorial, Featured
blank

About the Author:

Post a Comment