Serah Terima Jabatan
Sang Prabu menjadi Raja Mataram sudah dua belas tahun. Waktu itu Raja Sakit keras. Ia sedang berada di Krapyak ditunggui para putra dan sentana. Sang Prabu berkata kepada Eyang Adipati Manda-Raka dan kakaknya Pangeran Purbaya. “Eyang, Ki Mas,kelak jika saya sudah tiada,yang saya tunjuk menggantikan saya adalah Den Mas Rangsang. Kerajaannya lebih besar dari saya. Seluruh orang di tanah Jawa akan sujud semua. Tetapi berhubung dulu saya juga punya cita-cita Martapura menjadi Raja, maka tolong Eyang, Martapura agar dinobatkan menjadi raja. Sebentar sebagai syarat ujar saya itu. Kemudian menyerahkan takhta kepada si Rangsang.“
Sultan Agung berkuasa, Negara Mataram begitu gemah ripah loh jinawi, terkenal sebagai raja agung ambek adil pramarta melebihi ayahnya.
Penggalan cerita diatas adalah kisah suksesi di kerajaan Mataram dan pengangkatan Sultan Agung yang nama aslinya bernama Rangsang sebagai raja Mataram, cerita lengkapnya dapat kita temui di lembaran kitab Babat Tanah Jawi.
Dalam kisah suksesi kepemimpinan kerajaan di Tanah Jawa, tidak sedikit yang proses suksesinya tidak berjalan mulus. Contoh pengangkatan Martapura menjadi raja ‘transisi’ Mataram yang kemudian menyerahkan singgasananya kepada Sultan Agung adalah sedikit dari proses pergantian kepemimpinan yang berjalan lancar. Suksesi atau serah terima jabatan Mataram telah dipersiapkan dengan baik oleh Prabu Mataram. Bahkan Prabu sudah memprediksi penggantinya akan lebih baik dari dirinya. Bagi Prabu Mataram, penggantian kepemimpinan bukanlah hal yang biasa – tapi luar biasa.
Dalam kontek organisasi kekinian, cerita diatas masih sangat kontekstual. Pergantian jabatan yang dipersiapkan dengan sistem ‘karir’ yang baik disadari menjadi kebutuhan organisasi bukan hanya untuk menjamin kelangsungan organisasi, bahkan diperlukan untuk membesarkan dan memajukan organisasi.
Sayangnya kesadaran ini kadang kita lupakan, kita terlanjur sering menganggap pergantian pimpinan atau serah terima jabatan adalah hal yang biasa dalam suatu organisasi.
Seorang pucuk pimpinan yang memberikan sambutan dalam suatu upacara serah terima jabatan anak buahnya banyak yang mengatakan ini : “mutasi,rotasi,promosi…adalah hal yang biasa dalam organisasi…” Kalimat tersebut – yang biasanya dijadikan kalimat basa-basi untuk menghibur salah satu pihak yang melepaskan jabatan – tanpa kita sadari telah mendogma kita untuk menganggap biasa suatu proses pergantian jabatan. Seolah proses itu merupakan ritual dan rutinitas yang tidak punya maksud apa-apa. Hanya sesuatu yang biasa.
Kita perlu belajar dari liga bola basket NBA. Setiap pergantian pemain selalu ada objektif yang ingin dicapai. Tak jarang pada saat-saat point dan waktu kritis, kemenangan ditentukan oleh pergantian pemain. Pergantian pemain bisa sangat menentukan keberhasilan tim. Pergantian pemain membawa penyegaran, pesan, strategi dan memberi warna bagi Tim.
Dalam konsep succession planning, mutasi/rotasi/promosi minimal memiliki tiga tujuan. Pertama, bagi perusahaan diharapkan pergantian jabatan membawa perbaikan kinerja,menggali opportunity for improvement, dan menggali peluang-peluang bisnis baru. Butuh orang baru untuk inovasi baru. Kedua, bagi employee yang melepaskan atau menerima jabatan merupakan penyegaran, pengayaan (job enrichment), bahkan bisa berarti reward. Ketiga, bagi karyawan lain proses ini bisa memotivasi mereka bahwa ‘ada harapan’, ada system, tidak mandek diposisi saat ini.
Kalimat lain yang perlu juga diluruskan adalah saat sang pejabat baru memberikan sambutan, sering kali kita dengar pejabat baru mengatakan begini :” saya akan meneruskan apa-apa yang sudah dilakukan oleh pejabat sebelum saya…”. Cuma meneruskan. Kalimat ini juga menjebak,dan tidak sejalan dengan semangat ‘pergantian jabatan adalah hal yang luar biasa’. Mungkin kalimat ini dimaksudkan untuk menghormati pejabat lama. Lebih pas kalau basa-basi ini diganti dengan kalimat yang lebih memotivasi mindset kita, begini misalnya : “sudah banyak kesuksesan yang diraih unit ini, adalah tantangan bagi saya untuk menggali peluang-peluang perbaikan lainnya…saya yakin…selalu ada peluang untuk perbaikan.. good to great..”
Proses transisi pergantian pimpinan juga tidak boleh membuat organisasi melambat apalagi berhenti sejenak. Ibarat mengendarai mobil, pergantian pimpinan harus bisa seperti pergantian supir tanpa harus mengurangi kecepatan kendaraan apalagi parkir sejenak.
Nah, kalau kita melihat suatu pergantian jabatan tidak membawa kebaikan khususnya bagi organisasi, boleh jadi penyebabnya adalah kita gagal menanamkan mindset tentang untuk apa pergantian jabatan ini dilakukan. Dan, jangan sungkan-sungkan untuk belajar dari Prabu Mataram itu yang telah mencontohkan bagaimana dengan serius mempersiapkan penggantinya – pergantian jabatan bukanlah hal yang biasa.
Tidak semuanya harus di contoh. Satu hal yang tidak perlu ditiru dari suksesi Prabu Mataram ke Sultan Agung dalam organisasi kita adalah masalah pemilihan waktu ; Sang Prabu menyerahkan jabatan karena sudah sakit keras dan menunggu ‘kelak bila saya telah tiada’ untuk menyerahkan kepemimpinan. Suksesi yang ditentukan oleh umur ,bukan kebutuhan organisasi.
Tulisan asli dari artikel ini dan berbagai tulisan menarik lainnya mengenai refleksi social, dapat juga diakses dari: Serah Terima Jabatan
Kontributor:
Prasabri Pesti. Lulus dari STTTelkom Bandung pada tahun 1998 dan saat ini tengah menyelesaikan study lanjutannya di Program Pasca Sarjana MM-UGM. Dalam usia yang relatif muda, beliau termasuk salah satu pejabat PT. Telkom yang sukses menapaki karirnya, Setelah serangkaian rotasi jabatan di Kandatel Telkom di kota-kota Jawa Tengah, saat ini beliau dipercaya menempati pos sebagai General Manager PT Telkom Bogor. Di sela berbagai aktifitasnya sebagai seorang proffesional yang super sibuk, beliau masih menyempatkan diri menulis berbagai artikel inspiratif melalui blognya. Selain hal tersebut, kepedulian dan perhatiannya pada pengembangan sumber daya manusia diwujudkannya melalui aktifitas-aktifitas sosial, yang salah satunya adalah sebagai penggagas berdiri dan pengasuh komunitas blogger di kota hujan Bogor.
.
Connect
Connect with us on the following social media platforms.