TINDAK LANJUT ORIENTASI KARYAWAN
Salah satu faktor yang memengaruhi keberhasilan program orientasi adalah bagaimana proses tindak lanjutnya. Semakin tidak jelas tindak lanjut program orientasi semakin tidak berpengaruhnya program orientasi awal terhadap kinerja karyawan. Mengapa demikian? Karena dalam kenyataannya para karyawan baru sering segan memberikan informasi tentang manfaat program orientasi dan kelemahan-kelemahannya. Tidak jarang mereka mengatakan tidak ingat apa yang mereka bicarakan, lihat, dan lakukan selama orientasi awal. Dengan kata lain semacam tidak berkesan sama sekali dengan program orientasi yang dialaminya. Kalau sudah demikian maka umpan balik untuk melakukan tindak lanjut program orientasi semakin tidak bermakna.
Departemen SDM seharusnya memiliki rencana yang jelas apa tindak lanjut dari program orientasi. Untuk itu seharusnya diadakan pertemuan dengan para karyawan baru untuk menanyakan berbagai hal yang berkait dengan pelaksanaan program termasuk kritik kelemahan dari program orientasi. Kelemahannya, barangkali bisa berbentuk kurangnya informasi tentang perusahaan dan tidak jelasnya manfaat kegiatan program orientasi. Selain itu bisa jadi mereka yang bertugas sebagai pendamping tidak mampu melakukan tugasnya secara optimum. Nah dari daftar panjang kesan-kesan karyawan tentang orientasi maka departemen SDM dapat mengidentifikasi bagian-bagian mana dari program orientasi yang memiliki kekuatan dan kelemahan. Untuk itu pertemuan tatap muka antara karyawan dan penyelia merupakan jenis tindaklanjut yang penting.
Katakanlah penyelia sudah menyiapkan beragam jenis kegiatan tindak lanjut orientasi seperti dalam bentuk pertemuan-pertemuan rutin dan penyeliaan atau bimbingan. Kemudian dibuat semacam jadwal kegiatan. Walaupun demikian bisa saja karyawan memandang kegiatan tersebut sebagai tindak lanjut yang belum benar. Salah satu masalahnya barangkali karena perilaku para penyelia. Sebagai contoh, seorang penyelia bertanya kepada karyawan baru, “apakah segala sesuatunya sudah beres? Beritahu pada saya jika anda memiliki masalah”. Jika hal ini disampaikan penyelia sambil berjalan melewati karyawan, dan tanpa perhatian serius maka tafsiran bahasa badan sang penyelia oleh karyawan diterjemahkan, “penyelia saya sesungguhnya tidak ingin berhenti; kan semestinya jumpa sebentar dengan menghampiri kumpulan karyawan dan barulah berbicara”. Dalam situasi itu maka karyawan hanya berespon diam, apatis dan atau karena segala sesuatu memang sudah beres.
Selain itu sering penyelia tidak dapat menjawab pertanyaan karyawan. Bahkan segan melakukannya. Penyelia sering meminta seseorang, misalnya karyawan senior yang menjawabnya. Meskipun sumber ini boleh jadi memberikan penjelasan sangat baik namun karyawan merasa seolah penyelia tidak peduli tentang masalah yang diajukan karyawan. Situasi terburuk terjadi pula ketika para penyelia meminta karyawan untuk mencari solusi. Namun, dalam kenyataannya tidak semua karyawan mampu menguraikan jawaban dengan benar dan tepat seperti yang diharapkan penyelia. Bisa-bisa antara penyelia dan karyawan baru timbul konflik. Jadi, di sini jelas bahwa tidaklah mudah melaksanakan kelanjutan dari sebuah program orientasi dengan tepat dan benar.
Kalau tindak lanjut program orientasi berjalan dengan baik maka paling tidak kecemasan karyawan baru semakin berkurang dan sebaliknya semangat kerjanya semakin meningkat. Dengan kecemasan yang lebih kecil, karyawan baru dapat memelajari dan bahkan melaksanakan tugas-tugasnya dengan lebih baik. Pendampingan teknis bekerja dan ketrampilan lunak (soft skills) selama bekerja sangat dibutuhkan karyawan baru Perlakuan penyelia dan kelompok karyawan senior dalam bentuk penyampaian kritik dianggap sangat bermanfaat oleh karyawan baru.
Keberhasilan tindak lanjut orientasi yang semakin efektif dicirikan semakin rendahnya frekuensi penyeliaan karena para karyawan baru semakin trampil melaksanakan tugas-tugasnya. Juga semakin mampu menjaga hubungan harmonis dengan sesama rekan kerja, dengan yang senior, dan tentunya dengan atasan. Dengan kata lain karyawan baru yang melaksanakan program tindak lanjut orientasi dengan baik akan membutuhkan bimbingan atau perhatian dari penyelia yang semakin sedikit saja Pada gilirannya para karyawan baru bisa melaksanakan pekerjaannya dengan baik, kinerjanya pun meningkat, semakin betah di lingkungan kerjanya, dan kecenderungan untuk mau keluar dari perusahaan menjadi berkurang.
Tulisan asli dari artikel ini dan artikel menarik lainnya tentang management sumber daya manusia dapat di lihat di TINDAK LANJUT ORIENTASI
Kontributor:
Prof. Dr. Ir. H. Sjafri Mangkuprawira seorang blogger yang produktif, beliau adalah Guru Besar di Institut Pertanian Bogor yang mengasuh berbagai mata kuliah di tingkat S1 sampai S3 untuk mata kuliah, di antaranya: MSDM Strategik, Ekonomi Sumberdaya Manusia, Teori Organisasi Lanjutan, Perencanaan SDM, Manajemen Kinerja, Manajemen Pelatihan, Manajemen Program Komunikasi. MSDM Internasional, Manajemen Pemberdayaan Masyarakat dan Lingkungan,
Beliau adalah salah seorang pemrakarsa berdirinya Program Doctor bidang Bisnis dan dan saat ini masih aktif berbagi ilmu di Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis Institut Pertanian Bogor (MB-IPB).
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang diri dan pemikiran-pemikiran beliau, silakan kunjungi Blog beliau di Rona Wajah
Connect
Connect with us on the following social media platforms.